Menyusuri Detik Kehidupan Bersama Indra KH



Usaha di Cianjur – Cipatat – Rajamandala yang Kian Lesu


E-mail this post



Remember me (?)



All personal information that you provide here will be governed by the Privacy Policy of Blogger.com. More...



"Mereka yang selama ini menggantungkan hidupnya dengan berjualan makanan, oleh-oleh maupun kerajinan keramik di sepanjang ruas tersebut kini keadaannya kian lesu dan memprihatinkan. Sebagian di antara mereka bahkan harus gulung tikar akibat minim pembeli"

Kehadiran jalan tol Cipularang bagi sebagian orang merupakan keuntungan karena mampu memangkas waktu perjalanan Bandung – Jakarta maupun sebaliknya. Nadi perekonomian kota Bandung bahkan kian menggeliat setelah jalan bebas hambatan ini hadir. Setiap akhir pekan pusat perbelanjaan, factory outlet hingga rumah makan dijubeli wisatawan lokal, terutama asal Jakarta.

Namun jalan tol terpanjang di tanah air ini ternyata menimbulkan mimpi buruk bagi sebagian masyarakat Cianjur, Cipatat, Ciranjang hingga Rajamandala maupun Purwakarta hingga Cikampek. Mereka yang selama ini menggantungkan hidupnya dengan berjualan makanan, oleh-oleh maupun kerajinan keramik di sepanjang ruas tersebut kini keadaannya kian lesu dan memprihatinkan. Sebagian di antara mereka bahkan harus gulung tikar akibat minim pembeli.

Keberadaan jalan tol yang juga memiliki jembatan tol tertinggi ini telah membuat para pengendara kendaraan pribadi maupun bis seakan enggan melewati jalur Cianjur maupun Purwakarta. Padahal sebelum dibukanya tol Cipularang, lokasi tersebut seringkali menjadi tempat singgah sejumlah bis dan kendaraan pribadi dari Bandung maupun Jakarta.




Photobucket - Video and Image Hosting
Suasana beberapa kios di kawasan Cipatat, Cianjur yang tampak suci pembeli (ikh)


Emen (43) yang sehari-hari membuka jongko peuyeum (tape) di daerah Cipatat, Cianjur, Jawa Barat sempat menceritakan keluhannya kepada saya. ”Saatos aya Cipularang sepi pisan icalan teh. Aya anu keresa linggih ka jongko abdi limaan tiap dinten oge tos untung. Seringnamah paling hiji atau dua anu meser dina sadinten,” ungkap Mang Emen, Minggu (4/2) dua pekan lalu. (Setelah ada Cipularang, pembeli kian sepi. Bisa meraih lima pembeli setiap hari pun sudah untung. Namun lebih sering hanya satu atau dua orang pembeli saja setiap hari).

Hal yang sama dialami Sape’i (26). Pemuda penjual sawo walanda (apa bahasa Indonesianya ya J ?) ini pun kian kesulitan pembeli setelah ada tol Cipularang. ”Ti enjing-enjing dugi ka sonten ieu, nembe bapak anu meser sawo. Padahal Abdi mung nyandak untung sakedik. Jigana mah mening damel anu sanes mun aya pilihan mah,” kata Sape’i lirih. (Sejak pagi hingga sore hari baru bapak yang membeli dagangan saya, padahal saya hanya mengambil untung sedikit. Bila memungkinkan sih lebih baik mencari kerjaan lain).

Bila tidak ada bantuan dari pemerintah nampaknya iklim usaha seperti itu akan terus berlanjut. Bukan tidak mungkin setiap tahun akan semakin banyak pedagang atau pengusaha yang bangkrut. Menurut saya sebaiknya para pengusaha tempat-tempat peristirahatan di ruas tol Cipularang memfasilitasi pedagang, terutama golongan pedagang kecil untuk ikut berjualan juga di lokasi bisnis mereka. Agar tidak semakin banyak pengusaha maupun pedagang di Cianjur maupun Purwakarta yang bisnisnya sekarat atau bahkan gulung tikar.

Anda punya ide lain ?

Labels:


0 Responses to “Usaha di Cianjur – Cipatat – Rajamandala yang Kian Lesu”

Leave a Reply

      Convert to boldConvert to italicConvert to link

 


    Image hosting by Photobucket
    • Indra KH
    • Content Dev, IT Documentation
    • Bandoeng, Jawa Barat, Indonesia
    • My Profile!
    • Chat with Indra KH

Previous posts

ARCHIVES

BLOGROLL

LINKS

BREAKFAST

Google



blog-indonesia

Indonesian Muslim 

Blogger

karyacipta





dukung persib



Name :
Web URL :
Message :
:) :( :D :p :(( :)) :x