"Ketika pandangan ini mulai menangkap gerakan lawan berpakaian loreng memakai body protektor hitam, sontak saja jari ini menekan picu. Dor ! Dor ! Dor ! Dor ! Entah berapa kali saya memuntahkan peluru cat ke sasaran. Salah seorang wasit kemudian berteriak : “Hit ! Hit ! Hit !,”
Minggu (11/3) pagi itu cuaca di atas kawasan Sindang reret 2, Cikole, Lembang, Kab Bandung sedikit mendung. Hujan rintik-rintik yang turun tak lama usai sang fajar menyingsing kian enggan untuk kita melepaskan selimut dan turun dari peraduan. Namun bayangan akan asyiknya aktivitas out door yang akan kami lakukan di sela-sela company meeting dan family gathering PT. Indocisc dan PT. Insan Infonesia membuat kondisi cuaca semacam itu tidak berpengaruh. Ya, setelah seharian mengikuti pertemuan tahunan perusahaan sehari sebelumnya, kegiatan out door menjadi sesuatu yang sangat dinanti.
Aktivitas kami Minggu pagi itu di awali dengan sepakbola dan dilanjutkan dengan sarapan pagi. Seusai menyantap bubur ayam dan nasi goreng kami pun bergegas menuju venue olahraga extrem Sindang Reret. Sarana yang dikelola oleh Kataji Out Bond ini memiliki berbagai wahana olahraga extrem seperti : Paint ball, hi- rope, flying fox, go kart, ….
"Sarapan pagi menjelang kegiatan outdoor"
Pukul 08.00 WIB, permainan simulasi tempur paint ball menjadi pilihan yang pertama. Berhubung jumlah kita lumayan banyak, sehingga tidak memungkinkan untuk dibagi menjadi dua kubu. Akhirnya wasit venue meminta kami untuk membagi kelompok menjadi tiga. Setelah semua peserta paint ball menggunakan seragam loreng, wasit kemudian meminta masing-masing komandan untuk ber “hom pim pah” guna menentukan dua tim mana yang akan berhadapan lebih dulu. Dua tim (Berperan sebagai teroris dan anti teroris) yang terpilih kemudian mendapatkan penjelasan dari wasit mengenai aturan permainan dan perlengkapan yang mesti digunakan : Goggle/masker, body protector, dan senjata tippman gun dengan peluru cat sebanyak 20 butir. Game simulasi perang ini dipimpin oleh 3 orang wasit : 1 wasit untuk mengendalikan permainan dan 1 wasit untuk masing-masing tim.
"Kedua kubu bergaya sebelum pertempuran dimulai"
Setelah masing-masing melengkapi dirinya, wasit lalu meminta kami untuk memasuki arena simulasi perang berupa hutan buatan. Masing-masing kubu kemudian diberi waktu sejenak untuk menyusun strategi, lalu perang pun dimulai. Setiap orang sibuk bersembunyi, mengendap-ngendap membidik lawannya. Sambil sesekali merayap dan bersembunyi di balik seng, tong, ataupun masuk ke bunker, mata juga sibuk melirik ke kanan dan ke kiri, sambil jari telunjuk siap menembak lawan. Begitu yang saya rasakan. Ternyata susah juga mencari lawan memakai google masker. Pasalnya lensa masker yang mudah berembun karena hembusan nafas kita. Ketika pandangan ini mulai menangkap gerakan lawan berpakaian loreng memakai body protektor hitam, sontak saja jari ini menekan picu. Dor ! Dor ! Dor ! Dor ! Entah berapa kali saya memuntahkan peluru cat ke sasaran. Salah seorang wasit kemudian berteriak : “Hit ! Hit ! Hit !,” katanya. Seorang rekan kerja yang saat itu menjadi lawan kemudian berdiri seraya mengacungkan senjatanya ke atas sebagai tanda dia terkena. Ia pun kemudian meninggalkan arena pertempuran.
"Selamat datang di medan peperangan"
Puihh, lega juga bisa melumpuhkan seorang lawan. Kian semangat saja untuk memburu lawan lainnya. Sasaran saya selanjutnya kali ini saya lihat sedang bersembunyi dalam sebuah bangunan yang desainnya mirip tempat prajurit menempatkan senjata otomatis yang kerap saya lihat dalam film-film perang semacam Band Of Brother, atau Enemy of The Gate. Sambil merayap saya menuju lokasi tersebut. Tampak sekelebat bayangan seseorang sedang membelakangi saya tengah mencari lawan ke arah lain. Kontan saja ini menjadi sasaran empuk. Saya bidik dia lalu saya tembak, Dor ! Dor ! Dor ! ”Hore kena lagi,” ujar saya dalam hati. Dua orang akhirnya berhasil saya lumpuhkan.
Saya pun merangsek semakin maju ke arah lawan. Saya lalu masuk ke dalam bunker yang berada tak jauh dari hadapan, niatnya untuk memudahkan mencari lawan yang lain. Benar saja dugaan saya karena setelah itu bisa melihat petempur kubu lawan di arah pukul 9. Dor ! Dor ! Dor ! senjata yang saya pegang memuntahkan peluru cat lagi. Terlampau percaya diri justru membuat saya kurang hati-hati. Tanpa saya sadari, seorang pemain lain dari kubu lawan ternyata sudah lama membidik saya dari arah pukul 12. Dor ! Dor ! Dor ! Kali ini giliran saya kena tembak. Sebuah peluru cat dengan diameter sekitar 6 milimeter berhasil mengenai tangan saya. Awalnya hanya terasa pegal, namun lama kelamaan darah mengucur dari tangan ini. Lumayan sakit juga ternyata. Karena kian nyeri, dengan terpaksa saya pun mengangkat senjata sebagai tanda menyerah.
"Terluka terkena tembakan peluru cat (halah..:-))"
Kendati sangat melelahkan karena kita harus berlari, merayap dan terkadang meloncat, namun paint ball benar-benar game olahraga yang mengasyikan dan membuat ketagihan. Saya tidak kapok bermain simulasi tempur ini. Olah raga ini tak hanya menuntut kesiapan fisik, namun juga konsentrasi. Sedikit saja kita lengah maka akan menjadi sasaran empuk. Paint ball juga mampu memicu adrenalin. Rasa takut akan mulai kita rasakan sejak memasuki arena pertempuran. Ada rasa takut ditembak duluan oleh kubu lawan. Ditambah lagi rasa sakit tertembak peluru cat yang terus menghantui. Benar-benar olah raga yang lengkap.
Paint ball sendiri konon berasal dari Amerika dan dianggap sebagai olahraga extreme yang sangat populer dan telah dimainkan di hampir 100 negara di dunia. Mengikut sejarah, sebenarnya olahraga paintball bermula sejak dua dekade lalu di Amerika Serikat yang ketika itu dikenali sebagai National Survival Games (NSG). Demikian tulis Tea/Yuga dan Agus yang dimuat harian Waspada. Medan. Menurut National Sporting Goods Association (NSGA) dan National Profesional Paintball League (NPPL), paintball kini menduduki tempat ketiga olahraga extreme paling populer di Eropa dan Amerika Serikat.
Apakah Anda berminat mencobanya ? Dor ! Dor ! Dor !
Labels: travel and places
“Berbeda dengan Kawah Ratu dan Kawah Upas yang mudah dicapai, untuk mengunjungi Kawah Domas Anda membutuhkan sedikit usaha, pasalnya Anda harus berjalan kaki melewati jalan setapak sekitar 2 km. Jangan bermimpi bisa menggunakan mobil atau motor untuk menjangkau kawah ini. Rute jalannya yang menanjak dan menurun dan terdiri dari ratusan tangga akan sangat sulit untuk dilewati kendaraan”
Labels: travel and places
"Mereka yang selama ini menggantungkan hidupnya dengan berjualan makanan, oleh-oleh maupun kerajinan keramik di sepanjang ruas tersebut kini keadaannya kian lesu dan memprihatinkan. Sebagian di antara mereka bahkan harus gulung tikar akibat minim pembeli"
Kehadiran jalan tol Cipularang bagi sebagian orang merupakan keuntungan karena mampu memangkas waktu perjalanan Bandung – Jakarta maupun sebaliknya. Nadi perekonomian kota Bandung bahkan kian menggeliat setelah jalan bebas hambatan ini hadir. Setiap akhir pekan pusat perbelanjaan, factory outlet hingga rumah makan dijubeli wisatawan lokal, terutama asal Jakarta.
Namun jalan tol terpanjang di tanah air ini ternyata menimbulkan mimpi buruk bagi sebagian masyarakat Cianjur, Cipatat, Ciranjang hingga Rajamandala maupun Purwakarta hingga Cikampek. Mereka yang selama ini menggantungkan hidupnya dengan berjualan makanan, oleh-oleh maupun kerajinan keramik di sepanjang ruas tersebut kini keadaannya kian lesu dan memprihatinkan. Sebagian di antara mereka bahkan harus gulung tikar akibat minim pembeli.
Keberadaan jalan tol yang juga memiliki jembatan tol tertinggi ini telah membuat para pengendara kendaraan pribadi maupun bis seakan enggan melewati jalur Cianjur maupun Purwakarta. Padahal sebelum dibukanya tol Cipularang, lokasi tersebut seringkali menjadi tempat singgah sejumlah bis dan kendaraan pribadi dari Bandung maupun Jakarta.
Emen (43) yang sehari-hari membuka jongko peuyeum (tape) di daerah Cipatat, Cianjur, Jawa Barat sempat menceritakan keluhannya kepada saya. ”Saatos aya Cipularang sepi pisan icalan teh. Aya anu keresa linggih ka jongko abdi limaan tiap dinten oge tos untung. Seringnamah paling hiji atau dua anu meser dina sadinten,” ungkap Mang Emen, Minggu (4/2) dua pekan lalu. (Setelah ada Cipularang, pembeli kian sepi. Bisa meraih lima pembeli setiap hari pun sudah untung. Namun lebih sering hanya satu atau dua orang pembeli saja setiap hari).
Hal yang sama dialami Sape’i (26). Pemuda penjual sawo walanda (apa bahasa Indonesianya ya J ?) ini pun kian kesulitan pembeli setelah ada tol Cipularang. ”Ti enjing-enjing dugi ka sonten ieu, nembe bapak anu meser sawo. Padahal Abdi mung nyandak untung sakedik. Jigana mah mening damel anu sanes mun aya pilihan mah,” kata Sape’i lirih. (Sejak pagi hingga sore hari baru bapak yang membeli dagangan saya, padahal saya hanya mengambil untung sedikit. Bila memungkinkan sih lebih baik mencari kerjaan lain).
Bila tidak ada bantuan dari pemerintah nampaknya iklim usaha seperti itu akan terus berlanjut. Bukan tidak mungkin setiap tahun akan semakin banyak pedagang atau pengusaha yang bangkrut. Menurut saya sebaiknya para pengusaha tempat-tempat peristirahatan di ruas tol Cipularang memfasilitasi pedagang, terutama golongan pedagang kecil untuk ikut berjualan juga di lokasi bisnis mereka. Agar tidak semakin banyak pengusaha maupun pedagang di Cianjur maupun Purwakarta yang bisnisnya sekarat atau bahkan gulung tikar.
Anda punya ide lain ?
Labels: business
"Kejelian dalam memilih makanan juga ternyata menjadi faktor penting jika kita ingin menghindari radang tenggorokan. Bila kita lebih gemar menyantap makanan berminyak dan berlemak ketimbang sayuran atau buah-buahan, maka jangan salahkan bila suatu saat sakit menelan akan menghampiri"
Labels: my-life
”Untuk sekelas musik etnis kiprah Darso memang fenomenal. Tengok saja berbagai lagu calungnya yang bisa bertahan hingga puluhan tahun. Hingga kini pun gaya dan ciri khas nyanyiannya banyak ditiru dan menjadi acuan grup-grup calung yang ada di Jawa Barat”
Labels: entertainment
"Untuk televisi yang kedua ini sebenarnya masalah awalnya sama persis dengan yang pertama, yakni kerap berpindah-pindah frekuensi. Sebelumnya memang tidak bermasalah, namun Televisi merk JVC ini entah mengapa mengikuti jejak televisi yang pertama. Suara dari tayangan televisi memang tetap keluar namun gambarnya amburadul"
Labels: my-life